Header Ads Widget

Belajar Terus Seterusnya Pembelajar

Pentigraf - Tak Ingin Kedua Kali

“Bruk!” Pria tua itu melompat sedikit dari posisinya semula. Hampir saja sebatang pohon bambu membuatnya celaka. Beruntung dia bisa menghindar. Dia terus melangkah menuju ke arah bukit tanpa memedulikan angin yang berhembus kencang. Bahkan, gulita di hutan bambu tak menyurutkan niatnya. Dia hanya berusaha untuk segera sampai tempat tinggalnya. Dia mempercepat gerakannya saat suara gemuruh semakin jelas keras dari arah bukit. Diam-diam, dia berharap usahanya selama ini tidak akan sia-sia. Selama ini dia telah berusaha keras untuk melawan orang-orang yang dengan rakusnya menebangi pohon di bukit tempatnya tinggal.

Tanpa ada yang membantu, selama dua puluh lima tahun ini, setiap malam dia menanam pohon di sekitar tempat tinggalnya. Dan, sekarang pohon-pohon yang ditanamnya telah tumbuh besar. Hujan selama hampir seminggu di wilayahnya membuatnya bertanya-tanya tentang nasib tempat tinggalnya dan tetangganya. Dia berharap kejadian setahun lalu terulang kembali. Kejadian yang membuat dia dan tetangganya kehilangan tempat tinggal. Dia terus membelah malam di bawah gerimis. Bukit tempat tinggalnya mulai terlihat. Dia semakin terburu-buru. Di kaki bukit dia melihat tanah berwarna coklat bergerak lambat ke bawah, melumat semua yang dilaluinya. Tepat di pemukimannya. Bencana dua puluh tahun lalu terulang kembali.

Tak lama bencana pun usai. Tak ada lagi suara gemuruh. Hening. Tempat tinggal tetangganya kembali hancur. Puing-puing kayu, pecahan bata, pagar besi, dan atap seng berserakan. Yang tersisa hanya tempat tinggalnya, dikelilingi pohon-pohon besar buah kesabarannya. Kini, di punggung bukit itu dia tinggal sendirian. Dia tidak punya tetangga lagi. “Aman,” katanya. Dia telah belajar dari pengalaman. Dia hanya tidak ingin mati kedua kalinya dengan cara yang sama, tertimbun tanah longsor.

Posting Komentar

0 Komentar