Setiap pembelajar membutuhkan refleksi diri agar lebih menyadari posisi diri dalam pembelajaran. Individu yang reflektif merupakan sosok yang mau menerima dan memberikan masukan sebagai umpan balik atas apa yang telah dilakukan.
Peristiwa
Pada minggu ini saya masih melanjutkan pembelajaran tentang pengambilan keputusan. Sesi pembelajaran minggu ini, saya berbagi pemahaman lewat Ruang Kolaborasi. Pada bagian ini, ada diskusi hangat dalam kelompok maupun panel melalui ruang pertemuan virtual, Google Meet. Pada bagian ini kami dalam besar maupun kecil sama-sama belajar. Persoalan yang dihadapi oleh masing-masing individu bisa dikatakan sama. Terutama terkait penentuan paradigma pengambilan keputusan. Hal ini karena dari studi satu kasus yang dianalisis bisa lebih dari satu paradigma. Kebingungan pun disimpan hingga masuk sesi Refleksi Terbimbing dan Demonstrasi Kontekstual.
Hingga akhirnya ada kesempatan memperoleh pemahaman baru tentang paradigma pengambilan keputusan melalui Elaborasi Pemahaman. Bersama instruktur, diskusi panjang lebar dapat terselesaikan dengan baik. Selepas sesi pertemuan virtual pemahaman pun bertambah. Setidaknya sudah ada gambaran lebih jelas lagi tentang pengambilan keputusan. Termasuk di dalamnya adalah hal-hal terkait yang bisa diimplementasikan di sekolah masing-masing.
Perasaan
Melanjutkan modul 3.1. ini ada rasa lelah melanda. Hal ini mengingat selain menyelesaikan tugas LMS, saya juga mempersiapkan infrastruktur di sekolah untuk persiapan Asesmen Nasional Berbasiskan Komputer. Namun, di samping itu ada juga perasaan lega. Hal ini karena minggu sebelumnya telah menyelesaikan banyak tugas minggu ini. Hingga pada akhirnya merasa bahagia karena masih punya banyak waktu luang untuk mengerjakan hal lainnya. Selain itu juga sangat merasa diuntungkan karena bisa sedikit demi sedikit menyiapkan rangkaian kegiatan implementasi pengambilan keputusan berbasis dilema etika di sekolah.
Pembelajaran
Pembelajaran utama yang diperoleh adalah semakin terbukanya pemahaman tentang pengambilan keputusan yang tepat. Semakin terbukanya pemahaman ini merupakan awal kemudahan dalam mengimplementasikan di sekolah. Bukan saja untuk diri pribadi, melainkan juga untuk sejawat dan komunitas praktisi di sekolah. Pemahaman ini tentu akan lebih bermanfaat apabila disebarkan kepada yang lain. Penyebaran tidak harus dalam bentuk kegiatan yang terkesan ‘wah’. Bisa saja dalam bentuk sederhana, tetapi rutin dilakukan. Banyak cara yang bisa ditempuh. Misalnya, adalah mengintegrasikan pengetahuan tentang pengambilan keputusan dengan pelatihan blog bagi guru yang ada di sekolah. Langkah yang bisa dilakukan yaitu membagikan materi dan latihan untuk diparafrasekan di blog masing-masing. Langkah ini merupakan pembelajaran dari keterbatasan sumber dana dalam pelaksanaan kegiatan luring.
Perubahan
Perubahan nyata yang terjadi pada diri saya adalah meningkatnya pemahaman terkait pengambilan keputusan. Selain itu, juga kompetensi terkait. Hal ini terlihat dari tidak ada lagi kendala yang berarti dalam melakukan analisis beberapa pengambilan keputusan di sekolah. Tidak terkecuali adanya niat untuk berusaha seoptimal mungkin menerapkan paradigma, prinsip, dan langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Tujuannya agar pada akhirnya keputusan tersebut adalah yang tepat di antara pilihan benar dengan benar.
0 Komentar