Hal yang Paling Dikuasai
Belajar materi modul 2.3. tentang coaching sebenarnya bukan hal baru. Sebab sejatinya pernah melakukan hal tersebut di sekolah. Hanya saja, belum terlaksana secara optimal. Hal. Ini karena memang belum ada pemahaman holistik tentang praktik coaching di sekolah. Belum sepenuhnya bisa melalukan peran sebagai coach di sekolah. Belum mampu menggali potensi rekan kerja atau murid sebagai coachee untuk menemukan solusi permasalahan merupakan salah satunya. Namun, bukan berarti sama sekali tidak bisa melakukan coaching. Justru dari kekurangpahaman ini justru membuat saya ingin mempelajari materi coaching dengan sebaik-baiknya.
Dalam tahap awal pembelajaran, setidaknya saya merasa sudah menguasai materi konsep coaching di sekolah. Secara garis besar materi ini mengajarkan tentang definisi coaching adalah proses kolaboratif dalam membantu orang lain untuk belajar dan bukan mengajarinya. Selain itu, pada tahap Mulai dari Diri dan Eksplorasi Konsep, saya juga telah paham dengan prinsip-prinsip coaching yang meliputi kesadaran diri, kolaboratif, fokus pada solusi, berorientasi pada hasil, dan pembuka potensi.
Hal yang Belum Dikuasai
Di balik kemudahan dalam mempelajari satu materi, saya menemukan kesulitan memahami materi lainnya. Salah satu materi yang menurut saya paling sulit adalah tentang TIRTA sebagai Model Coaching. Bukan pada pengertian TIRTA, tetapi pada implementasinya saat melakukan coaching. Terutama pada bagian identifikasi permasalahan. Hal ini tentu berkaitan erat dengan keterampilan membuat pertanyaan terbuka dan juga reflektif.
Saya masih membutuhkan sumber belajar lebih banyak lagi untuk lebih memahaminya. Selain itu, juga masih membutuhkan banyak latihan lagi untuk lebih mengasahnya. Hal ini karena saya masih merasa kesulitan memahami bentuk-bentuk pertanyaan dalam tahap identifikasi. Terlebih coaching merupakan proses dinamis. Dalam artian pertanyaan bisa saja terus bergerak sesuai dengan jawaban coachee. Tentu ini bukan hal mudah. Terutama bagi saya yang pada dasarnya kesulitan dalam membuka sebuah komunikasi. Oleh karena itu, saya masih membutuhkan pemahaman lebih lanjut lagi tentang praktik coaching menggunakan model TIRTA.
Hal yang Masih Membingungkan
Hal yang membingungkan bagi saya dalam materi ini adalah terkait upaya mengatasi apabila nantinya ada kendala terkait praktik coaching di sekolah. Hal ini karena belum ada penjelasan dalam materi. Selain itu, juga masih bingung dengan alternatif tindakan yang bisa diambil saat coaching belum berhasil membantu coachee mengatasi masalahnya. Kebingungan lainnya, yaitu terkait sejauhmana peran komunitas praktisi yang telah terbentuk di sekolah dalam mendukung coaching sebagai budaya positif. Hal ini karena dalam pertanyaan masih belum meminta jawaban keterkaitan dengan keberadaan komunitas praktisi.
0 Komentar