Guru berperan sebagai coach pada saat murid membutuhkan bantuan untuk bisa menemukan potensi dirinya. Dengan memberikan arahan, murid akan bisa mengeksplorasi potensi diri. Caranya yaitu dengan berdiskusi melalui pertanyaan-pertanyaan menggali potensi diri murid. Selanjutnya memberikan masukan tentang apa yang bisa dilakukan untuk mengembangkan potensinya.
Coaching
International Coach Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.
Dari definisi ini, Pramudianto (2020) menyampaikan tiga makna yaitu:
- Kemitraan. Hubungan coach dan coachee adalah hubungan kemitraan yang setara. Untuk membantu coachee mencapai tujuannya, seorang coach mendukung secara maksimal tanpa memperlihatkan otoritas yang lebih tinggi dari coachee.
- Memberdayakan. Proses inilah yang membedakan coaching dengan proses lainnya. Dalam hal ini, dengan sesi coaching yang ditekankan pada bertanya reflektif dan mendalam, seorang coach menginspirasi coachee untuk menemukan jawaban-jawaban sendiri atas permasalahannya.
- Optimalisasi. Selain menemukan jawaban sendiri, seorang coach akan berupaya memastikan jawaban yang didapat oleh coachee diterapkan dalam aksi nyata sehingga potensi coachee berkembang
Prinsip-prinsip Coach
- Kesadaran diri. Dengan adanya kesadaran diri ini akan menjadikan lebih mudah dalam melakukan coaching;
- Kolaboratif. Prinsip ini berkaitan dengan kerjasama dengan pihak lain, baik sekolah, sejawat, orang tua maupun murid;
- Fokus pada solusi. Coaching untuk menemukan solusi permasalahan bersama;
- Berorientasi pada hasil dan sistematis. Coaching dilaksanakan bisa lebih berhasil guna sesuai permasalahan yang ada;
- Pembuka potensi. Coaching menggali lebih dalam lagi potensi yang dimiliki seseorang untuk menjadi lebih baik.
Sintesis Materi
Sebagai sebuah bentuk upaya meningkatkan potensi murid, coaching sangat berkaitan erat dengan pembelajaran berdiferensiasi dan sosial emosional. Hal ini bukan tidak mungkin selama pembelajaran berdiferensiasi dan sosial emosional ada murid yang mengalami kendala dalam mengikutinya. Bahkan bisa jadi guru sendiri, termasuk rekan sejawat mengalami kesulitan dalam implementasinya di lapangan.
Permasalahan terkait pelaksanaan keduanya bisa saja terjadi. Oleh karena itu dengan pemahaman terhadap coaching akan menjadi kunci pembuka penyelesaian masalah. Guru yang lebih paham akan bisa berperan sebagai coach. Sedangkan murid atau guru yang mengalami masalah bisa menjadi coachee. Keduanya akan berkolaborasi dalam membentuk komunikasi efektif dalam menyelesaikan masalah.
Materi coaching juga memiliki keterkaitan dengan budaya positif di sekolah. Salah satunya adalah budaya komunikasi efektif melalui komunitas praktisi. Budaya ini jika dapat diterapkan akan menjadi bentuk kolaborasi yang efektif dalam komunitas praktisi di sekolah. Implementasi coaching di lapangan akan menjadi sebuah budaya jika menjadikannya sebagai mindset dalam proses pembelajaran. Mindset ini akan menjadi dasar pengembangan prinsip coaching kepada rekan sejawat. Budaya coaching secara kolaboratif melalui komunitas dalam sekolah akan memudahkan dalam mengidentifikasi permasalahan murid. Selain itu, murid bermasalah akan lebih mendapatkan layanan yang tepat dengan menggali potensinya.
Coaching juga memiliki keterkaitan erat dengan nilai dan peran guru penggerak. Terutama dalam nilai kreatif dan peran sebagai coaching bagi guru lain. Setelah mempelajari materi coaching, seorang guru penggerak akan semakin terbuka dengan hal-hal baru. Sebagai seorang coach yang baik, seorang guru penggerak harus memiliki kreativitas tinggi dalam menentukan pertanyaan selama coaching berlangsung. Selain itu, juga kreativitas dalam berkomunikasi secara efektif.
Sedangkan terkait peran sebagai coach bagi guru lain, materi ini sangat penting. Pemahaman terkait keterampilan coaching merupakan syarat agar bisa berjalan dengan baik. Terutama pemahaman terhadap empat keterampilan coaching, yaitu keterampilan membangun dasar proses coaching, keterampilan membangun hubungan baik, keterampilan berkomunikasi, dan keterampilan memfasilitasi pembelajaran.
Materi coaching juga selaras dengan visi guru penggerak dan sekolah. Pemahaman terhadap materi coaching akan mampu menggali lebih dalam lagi hal-hal yang harus diperbaiki. Hal-hal untuk perbaikan tersebut tentunya berkaitan erat dengan tercapainya visi sekolah. Potensi guru dan murid yang tergali akan mudah untuk dielaborasi sebagai kekuatan mewujudkan visi sekolah yang berpusat pada murid.
Keterampilan melakukan coaching kepada guru lain dan juga murid merupakan sebuah upaya menumbuhkan potensi murid secara holistik. Pemahaman ini pada akhirnya akan membuat kebutuhan belajar murid dengan lebih baik. Pemenuhan kebutuhan belajar murid adalah salah satu indikator terlaksananya pembelajaran berpusat pada murid sesuai filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara.
Rancangan Aksi Nyata
Judul Modul: Praktik Coaching dalam Komunitas Sekolah
Latar Belakang
Praktik coaching masih belum menjadi budaya di sekolah tempat saya bertugas. Hal ini selain masih belum meratanya pemahaman tentang coaching, juga karena belum optimalnya komunitas praktisi yang telah dirintis. Hal ini tentu menjadi tugas bagi Calon Guru Penggerak (CGP) untuk memulai praktik ini sebagai bagian tak terpisahkan dalam mewujudkan visi sekolah yang telah disusun.
Tujuan
CGP mampu melakukan praktik coaching pada rekan sejawat dalam komunitas di sekolah.
Tolok Ukur
- CGP mampu menggali potensi rekan sejawat dalam menyelesaikan masalah
- CGP mampu menjalin komunikasi efektif dengan sejawat dalam menyelesaikan masalah
Linimasa Tindakan yang Akan Dilakukan
- Koordinasi dengan Kepala Sekolah (18 Agustus 2021)
- Diskusi dengan Guru Lain yang Pernah Melakukan Praktik Coaching (18 Agustus 2021)
- Kolaborasi dengan Sejawat (20 Agustus 2021)
- Pelaksanaan Coaching (23 Agustus 2021)
- Pertemuan Tindak Lanjut (30 Agustus 2021)
- Evaluasi dan Monitoring Hasil Coaching (September 2021)
Dukungan yang Dibutuhkan
- Kepala Sekolah. Dukungan berupa pemberian izin pelaksanaan coaching sekaligus penguatan dukungan dan komitmen dari sejawat terkait pelaksanaan program Pendidikan Guru Penggerak;
- Komunitas Praktisi Sekolah. Dukungan berupa kolaborasi sebagai sumber belajar bagi yang pernah melaksanakan praktik coaching. Selain itu, juga masukan lain terkait rencana coaching yang akan dilaksanakan;
- Rekan Sejawat. Dukungan berupa kesediaan untuk berkolaborasi dalam melaksanakan praktik coaching pada komunitas sekolah;
- Warga Sekolah Lainnya. Dukungan terkait teknis pelaksanaan coaching.
0 Komentar