Header Ads Widget

Belajar Terus Seterusnya Pembelajar

#AprilChallengeLagerunal - Intip, Intipati, Inisiatif

Intip

Mengapa harus intip? Harus mengintip apa? Dua pertanyaan yang pastinya akan menghasilkan banyak sekali jawaban. Sangat beragam pastinya. Masing-masing individu bebas memilih jawaban. Namun, tidak demikian dengan yang tidak mau memedulikan. Bisa jadi karena menganggap aktivitas mengintip merupakan hal yang tidak terpuji. Bisa jadi memang demikian.

Lantas bagaimana dengan yang mau menjawabnya? Apakah individu tersebut termasuk golongan orang yang tidak terpuji? Belum tentu juga. Semua tergantung pada apa yang diintipnya. Memangnya mengintip apa yang termasuk terpuji itu? Banyak. Banyak sekali hanya jika kita bisa dan mau menyadari. Satu contoh saja, yaitu mengintip tulisan orang lain di blog.

Rasanya aktivitas ini sungguh terpuji. Bahkan layak diacungi jempol. Alasannya adalah dari sekadar mengintip akan menimbulkan penasaran. Rasa inilah yang tanpa sadar akan menuntun seseorang masuk semakin dalam. Semakin penasaran, maka seseorang itu akan semakin ikhlas menenggelamkan diri di samudra kata.

Intip mengintip dalam dunia kepenulisan bisa dianggap sebagai suatu hal yang wajar menjurus wajib. Dengan mengintip tulisan orang lain, maka seseorang bisa belajar. Banyak atau sedikitnya tergantung seseorang itu dalam mendalami makna sebuah tulisan. Selain itu juga tergantung pada kreativitas dalam menemukan ‘rahasia’ sebuah tulisan. Sebuah rahasia yang selanjutnya akan menjadi senjata untuk membongkar. Bukan membongkar aib, tentu saja. Namun, untuk membongkar tulisan yang ada menjadi tulisan baru yang berasal dari salah satu intipati tulisan yang kita intip.

Intipati

Intipati? Apa lagi ini? Intipati dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti sari pati. Mengacu pada KBBI, sari pati adalah inti atau pokok terpenting dari sesuatu (perkara, karangan, pembicaraan, dan sebagainya).

Sudah semakin jelas hubungan antara intip dengan intipati, bukan? Iya, benar. Aktivitas mengintip blog atau tulisan orang lain akan lebih bermakna jika kita bisa menemukan intipatinya. Proses menemukan bisa melalui membaca cermat. Bagi pembaca cermat, intipati bukan sekadar inti atau pokok. Lebih dari itu intipati merupakan ide besar sebuah tulisan. Dari intipati tulisan orang lain, kita akan bisa menemukan ide untuk selanjutnya mengembangkannya menjadi tulisan utuh. Memang boleh? Sah-sah saja pastinya. Namun, kita tidak boleh lupa dengan aturan yang menyertai prosesnya.

Misalnya, kita tidak asal melakukan salin tempel tanpa menyebutkan sumber. Strategi yang bisa kita lakukan adalah menulis ulang intipati tulisan dengan bahasa dan gaya kita sendiri. Saya pribadi telah banyak membaca tulisan dengan intipati berupa tips menulis. Dari banyak sumber bacaan yang saya intip, saya berusaha tidak mentah-mentah menulis ulang di blog saya. Sedikit banyak saya berusaha membaginya dengan bahasa sendiri.

Bukan tentang intipati terkait tips menulis saja. Masih banyak tulisan di luar sana dengan intipati serupa. Tidak terkecuali tulisan fiksi. Satu intipati bisa menjadi ribuan macam bentuk dan gaya penulisan. Berapa banyak karangan yang mempunyai intipati berupa cinta segitiga? Banyak sekali, bukan? Namun, dari sekian banyak tulisan dengan intipati berupa cinta segitiga itu pun menawarkan sensasi cerita yang berbeda-beda.

Sebagai seorang penulis pembelajar, saya tidak segan mengintip intipati yang sedang menjadi tren. Selanjutnya saya pun memiliki inisiatif menuliskannya dengan cara berbeda.

Inisiatif

Inisiatif lahir dari keinginan terus belajar hal-hal baru. Setelah mengintip kemudian mencatat intipati tulisan orang lain, menumbuhkan inisiatif menulis adalah hal penting. Rasanya jika kita telah menuliskannya akan semakin mudah membagi kepada yang lainnya. Dalam hal ini kepekaan seorang penulis diuji. Mampu atau tidakkah ia berinisiatif mengolah intipati.

Jika akhirnya tumbuh inisiatif menulis dengan mengembangkan intipati tulisan orang lain dengan gaya sendiri, itu artinya kita berhasil. Dengan terus melakukannya secara rutin, pada akhirnya banyak intipati tulisan lain yang kita tulis dengan gaya kita.

Akan berhasil lagi sebenarnya jika inisiatif menulis benar-benar berasal dari diri sendiri. Termasuk di dalamnya adalah ide-ide segar yang ingin dibagikan. Namun, ini cenderung berlaku bagi yang telah terbiasa mengasah ide menulis dengan indra yang dimiliki.

Jika bingung mau menulis apa, berinisiatif menulis dari intipati lewat mengintip tulisan orang lain adalah jawabannya.

Salam Bloger Pembelajar

Sudomo
www.eigendomo.com

Posting Komentar

0 Komentar